Minggu, 01 Agustus 2010

Dewasa itu Sulit


Ada seorang anak muda, umurnya sekarang tidak muda lagi seperti masa-masa kecilnya. Dia adalah orang yang belum dewasa tapi ia berusaha keras menjadi orang yang lebih bisa menghargai sesuatu dan berusaha menghadapi masalah layaknya orang dewasa. Meskipun sulit, dia tetap berusaha menjadi dia dan tidak berpura-pura menjadi orang lain. Anak ini pintar, namun tidak cerdas. Berusaha mencari jati diri memang sulit, pengalaman demi pengalaman berusaha ia dapatkan demi menjadi seorang insan yang pandai memaknai kehidupan. Semakin lama dia semakin tau bahwa kehidupan itu tidak semudah yang dipikirkan dulu, tetapi juga tidak sesulit yang dibicarakan orang lain. Putus asa kian sering menghampiri, dia mungkin sulit untk mengambil hikmah dibalik maslah yang dihadapi. Namun dia berusaha untuk sabar, lebih tenang dan percaya diri. Tidak ada bayi yang lahir langsung berlari, banyak proses yang harus dihadapi. Dia mulai tidak sabar, merasa gelisah, dan ketegarannya mulai pupus. Anda kau ijinkan hanya sedikit saja, mungkin aku akan membuktikan bahwa dia adalah dia, dan dia akan berusaha untuk menjadi orang yang dewasa lagi. Jalan hidupnya memang masih panjang, tapi dia dari sekarang sudah mulai memprogram segala sesuatu yang akan dia lakukan. Membangun karir, iman, yang yang terpenting membangun sesuatu yang akan selalu menemani diadikala ia sudah mulai senja, itu adalah “keluarga”.
Kata orang keluargamu adalah surga dunia bagimu. Itulah salah satu prinsip yang dia pegang. Dia ingin memiliki keluarga yang selalu dirahmati oleh sang Pencipta. Meskipun itu sulit, namun itulah yang mesti dikerjakan. Dia ingin mendapatkan cinta pertama dan terakhir bagi hidupnya. Semua hal ingin dia lakukan dengan serius, dan tidak hanya penghias masa muda. Ia yakin hari ini akan menentukan hari esok. Mungkin maslah itu harus dilupakan sejenak, dan akan mulai mengerjakan yang lain terlebih dahulu, itupun kalau dia mampu. Dambaan hati sangat sulit dia dapatkan. Pada awalnya ia ingin mendapatkan hati seorang wanita yang kelak bisa menemaninya dikala senja, tapi bukan mengajaknya pacaran. Hanya meminta menemaninya dia saat menuntut ilmu, memotivasi, memberikan semangat. Mungkin kata orang sahabat biasa juga bisa memberikan seperti itu kepdamu. Namun dia punya pemikiran lain. Dia ingin mencintai  seseorang bukan karna nafsu, bahkan dia rela untuk tidak menyentuhnya sedikitpun sebelum ada ikatan suci. Saat ini dia belum memperoleh itu. Tapi dia berusaha sabar, meskipun melakukan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.